Sabtu (26/3) halaman parkir di SMP Muhammadiyah 5 Surabaya (Spemma) datang silih berganti motor dan mobil dari orang tua atau walimurid. Mereka bergantian memenuhi undangan sekolah untuk menerima laporan hasil belajar (rapor) tengah semester. Sebelum sampai di area lobby sekolah, para orang tua telah diwajibkan untuk tetap menerapkan protokoler kesehatan mulai wajib memakai masker, mencuci tangan, hingga mengukur suhu.
Mulai pukul 8 pagi hingga menjelang pukul 12 siang secara bergantian orang tua atau wali murid Spemma secara bergantian datang sesuai jadwal pengambilan rapor yang telah dibagikan di tiap jenjang kelas. “Jadwal pengambilan rapor memang dibuat bergantian agar tidak terjadi pengumpulan orang tua atau wali murid dalam waktu yang bersamaan,“ kata Misbach Noeruddin, S.Si., M.M. selaku wakil kepala Spemma bagian kurikulum. Beliau menambahkan kegiatan rutin tiap tengah semester ini sangat tepat untuk menjalin komunikasi dan diskusi antara orang tua dan guru terkait perkembangan peserta didik di sekolah maupun di rumah.
“Assalamualaikum bapak dan ibu, apa kabarnya hari ini?” sapa hangat Ilmi Nur Hidayati, S.Hum. wali kelas VIII-B kepada pasangan bapak dan ibu dari peserta didik sambil duduk. Sesaat setelahnya ditunjukkan lembaran rapor yang telah disiapkan untuk ditunjukkan kepada orang tua. “Ibu, mengapa di kolom mata pelajaran ini nilai pelajarannya kok tidak ada ya bu? Tanya salah satu orang tua. Lalu wali kelas menjelaskan perihal tersebut kepada orang tua dengan detail berdasar laporan bapak atau ibu guru mata pelajaran terkait.
Dukungan peran orang tua bersama dengan pihak sekolah menjadi kunci keberhasilan kegiatan pembelajaran peserta didik baik di rumah maupun di sekolah. Pertanyaan mengenai nilai tugas mata pelajaran yang belum dikerjakan atau perilaku peserta didik di sekolah merupakan pertanyaan yang sering ditanyakan orang tua. Untuk hal itu, para orang tua atau wali murid dapat memanfaatkan layanan konselor Spemma untuk berkonsultasi tentang kondisi anaknya.
“Salah satu penyebab motivasi belajar peserta didik yang menurun dapat berasal dari kondisi pola asuh orang tua di rumah terhadap anak-anaknya,” terang Sumeru Tasianna, S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling Spemma yang akarab dipanggil bu Nana itu menjelaskan peserta didik usia SMP (13 – 15 tahun) memiliki salah satu karakteristik dalam perkembangan emosionalnya mengalami masa ambivalensi. Masa tersebut anak-anak memiliki kecenderungan kondisi antara keinginan bergaul lebih terbuka dengan teman-temannya atau menyendiri. Tak hanya itu, kecenderungan untuk terlepas dari dominasi dan peran orang tuanya pun mulai terlihat. Peserta didik mulai terlihat ingin bebas dari bantuan orang tua, peran atau hal-hal lain yang melibatkan orang tua mereka.
Peserta didik berusia SMP akan mengalami kecenderungan membandingkan antara norma dan etika secara konsep dengan kondisi praktik kenyataan yang dilakukan oleh orang dewasa. Hal ini sangat terlihat bagaimana peserta didik mulai menyaksikan dan memberi penilaian terhadap peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Misalnya, perilaku orang tua yang dirasa ada hal yang tidak sejalan dengan konsep dan aturan pemikiran mereka, jangan heran bila terjadi banyak komplain terhadap hal-hal yang tidak sesuai.
Untuk mengatasi kondisi seperti itu, konselor Spemma yang juga memiliki dua anak tersebut menjelaskan orang tua harus menerapkan pola asuh dengan mengambil jarak yang tepat. Membebaskan dan membiarkan begitu saja dalam kondisi fitrah anak yang tidak siap tentu akan berdampak buruk bagi perkembangan psikologi selanjutnya. Ciptakan jarak yang proporsional sambil memastikan fitrah dasar dalam diri peserta didik dapat tumbuh dengan baik sehingga menjadi benteng perkembangan diri yang lebih efektif. “Langkah nyata mudah yang dapat diterapkan orang tua yaitu berperan teman bagi anak-anaknya. Dengan lebih banyak mendengar cerita anak-anaknya jauh lebih baik daripada memberikan perintah keras terhadap anak-anaknya,” saran konselor Spemma tersebut. Beliau menambahkan peran orang tua menjadi teman akan lebih mudah memberikan nasihat-nasihat positif bagi anak-anaknya termasuk nasihat motivasi belajar agar lebih tekun dan rajin dalam kegiatan pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah.